cover
Contact Name
Bina Rohita Sari
Contact Email
binarohitasari@yahoo.co.id
Phone
-
Journal Mail Official
fitofarmaka@unpak.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi
Published by Universitas Pakuan
ISSN : 20879164     EISSN : 2622755X     DOI : https://doi.org/10.33751/jf
Core Subject : Health, Science,
FITOFARMAKA mempublikasikan artikel yang berkaitan dengan farmasi, Kimia Farmasi, dan bidang Fitokimia serta akan dipublikasikan secara online. Publikasi secara elektronik akan menambah kekayaan informasi dan pengetahuan ilmiah terutama dari penelitian. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun, didokumentasikan dengan baik dalam bentuk elektronik dan cetak.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018" : 8 Documents clear
EFEKTIVITAS SALEP EKSTRAK ETANOL 70% DAUN PANDAN WANGI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MENCIT PUTIH JANTAN Wijayantini, Rini; Cahyaningsih, Ratna; Permatasari, Andinny Nur
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAKLuka bakar adalah kerusakan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salep ekstrak etanol 70% daun pandan wangi terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit putih jantan. Hewan coba yang digunakan adalah 28 ekor mencit putih jantan, berumur 2-3 bulan dengan bobot 25-40 g. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan7 kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ekor mencit. Luka bakarderajat II dibuat pada punggung mencit dengan menempelkan logam berukuran 1 cm yang telah dipanaskan selama 5 menit pada suhu 980 C dan ditempelkan selama 10 detik. Perawatan dilakukan sehari sekali selama 16 hari terhadap kelompok P1 (Kelompok yang dilukai dan tanpa diberikan perlakuan apapun), P2 (hanya diberi basis salep), P3 (hanya diberi ekstrak 5% tanpa basis), P4 (diberi bioplacenton sebagai kontrol positif), P5 (diberi salep ekstrak 5%), P6 (salep ekstrak 7,5%) dan P7 (Salep Ekstrak 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan salep ekstrak 5% (P5), 7,5% (P6) dan 10% (P7) memberikan pengaruh positif terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit. Perlakuan salep ekstrak 10% (P7) paling optimal dalam mempercepat penyembuhan luka bakar dilihat dari jangka waktu penyembuhan pada hari ke 13 luka sudah sembuh dibandingkan perlakuan pada kelompok lainnya. Dapat disimpulkan bahwa salep ekstrak pandanwangi10% memiliki potensi sebagai obat luka bakar.Kata kunci : Daun pandan wangi,  luka bakar,  salep luka bakar   THE EFFECTIVITY OF 70% PANDAN LEAVES ETHANOL EXTRACT OINTMENT ON BURN WOUND HEALING IN WHITE MALE MICE ABSTRACTBurn is a type of damage on skins tissue caused by contact with high temperature.This study aimed to determine the effect of 70% ethanol extract oinment of pandan leaves on burn wound healing. The factorial completely randomized design (CRD) using 28 white male mice weighed 25-40, age between 2-3 months was conducted in the study. The mice ware divided into 7 treatment groups, each group consisting of 4 replicates. Second-degree burn was made on the back of the mice by placing a 1 cm2 hot iron plate that has been heated for 5 minutes at 980  C for 10 seconds. Treatment was performed once daily for 16 days consist of P1 (the injured group without any treatment), P2 (treated with ointment without plant extract), P3 (treated with 5% extract without ointment), P4 (treated with bioplancenton as positive control), P5 (treated with ointment extract 5% ), P6 (treated with ointment extract 7.5%) and P7 (treated with ointment extract 10%). The results showed that 5% (P5), 7.5% (P6) and 10% (P7) of ointment extracts have the positive effect on wound healing in mice. The ointment extract 10% (P7) found to be the optimal dose in accelerating the healing of burns. The application of ointment extract 10%has healed the burns on day 13, faster compared to other treatment groups.Key words : Pandanus amaryllifolius, burn healing, burn ointment
PENGARUH ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS TERHADAP KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI Zunnita, Oktaviana; Sumarny, Ros; Kumalawati, July
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAKAntibiotik profilaksis  adalah antibiotik  yang diberikan pada pasien yang akan menjalani pembedahan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan operasi. Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena agar dicapai konsentrasi maksimum di serum/jaringan pada saat operasi. Pemilihan antibiotika profilaksis yang sesuai pada tindakan pembedahan sangat menentukan keberhasilan dalam mencegah terjadinya infeksi luka operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya angka kejadian infeksi luka operasi dan mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis dalam pencegahan infeksi luka operasi di rumah sakit Premier Bintaro, Kota Tanggerang. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan studi deskriptif analitik melalui penelusuran data yang dilakukan secara retrospektif pada pasien yang menjalani pembedahan di ruang operasi. Analisa dan evaluasi data berupa deskripsi pola penggunaan antibiotika profilaksis dan angka kejadian infeksi luka operasi serta hubungan antara penggunaan antibiotika profilaksis dengan kejadian infeksi luka operasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi pada tindakan pembedahan sebanyak 7 kasus (1,97%) dari jumlah total 355 kasus bedah pada periode penelitian. Antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan adalah sefalosporin generasi III (66,2%). Hasil analisa dengan Fisher exact menunjukkan bahwa sifat operasi, jenis antibiotika dan waktu pemberian antibiotika mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian ILO (p <0,05). Dari penelitian terlihat pula bahwa semakin lama operasi berlangsung semakin tinggi risiko infeksi luka operasi. Antibiotik sefalosporin generasi III terbanyak yang digunakan adalah ceftriaxone injeksi.Kata kunci: Antibiotika profilaksis, sefalosporin, luka operasi   EFFECT OF PROPHYLAXIS ANTIBIOTICSTO THE OCCURANCE OF SURGICAL SITE INFECTION ABSTRACTAntibiotic  prophylaxis commonly given  to  the patients  undergoing  surgery to prevent infection due to surgery wound. Antibiotics Prophylactic were given intravenously to achieve maximum serum/tissue concentration at the time of operation and the maximum level was maintained during the surgical procedure. Selection of appropriate antibiotic prophylaxis in surgery is crucial to prevent surgical site infection. This study aims to determine the occurrence of  surgical site infection and to evaluate the use of prophylactic antibiotics to the patients undergoing surgery in Premier Bintaro Hospital, Kota Tanggerang hospital. The study was an observational study with descriptive analytic design using retrospective data obtained from the surgery patients. The data were analyzed and evaluated in  form of the pattern of antibiotic prophylaxis   usage, occurrence of surgical site infection, and relationship between antibiotic prophylaxis usage  and occurence of surgical site infection. The results obtained showed that during the study period, 7 cases of surgical site infections occurred from the total of355   surgical procedure (1.97%).  The antibiotics prophylactic most widely used was a third generation cephalosporin (66.2%). The results of Fisher exact analysis showed that the types of operation, type of antibiotic, and time of antibiotics administration had significant relationship with ILO  (p <0,05).  The research also revealed that the longer the surgery time, the higher the risk of surgical site infection.   The third generation cephalosporin antibiotics used were ceftriaxone injection was the third generation cephalosporin widely used in hospital.Keywords: Antibiotics prophylactic, cephalosporin, surgical site infection 
PENENTUAN KADAR FLAVANOID DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FORMULA SERBUK MINUMAN INSTAN EKSTRAK BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) Oktaviani, Emy
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAKBuah belimbing (Averrhoa carambola L.) adalah buah tropis yang mengandung senyawa antioksidan tinggi. Buah belimbing biasa dikonsumsi langsung ataupun dijadikan berbagai olahan agar dapat disimpan lebih lama. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat  formulasi serbuk  minuman instan ekstrak belimbing  manis dengan penambahan asam sitrat pada tiga konsentrasi berbeda serta mengukur kandungan flavonoid, vitamin C dan kapasitas antioksidan dari minuman serbuk minuman instan tersebut. Konsentrasi   asam sitrat  yang digunakan adalah 0,5% (formula 1), 0,75% (formula 2) dan 1% (formula 3). Hasil penelitian menunjukan bahwa formula 2 menghasilkan serbuk instant dengan rasa paling disukai panelis berdasarkan pengukuran parameter warna, aroma, dan rasa. Hasil uji kandungan kimia dan aktifitas biologis menunjukan bahwa produk serbuk  minuman  instan ekstrak  kering  belimbing  manis formula 2 memiliki kadar flavonoid 4,50%, vitamin C 0,12% dan kapasitas antioksidan136,875 mg SAG/g serbuk. Data ini menunjukan bahwa serbuk minuman instant buah belimbing manis berpotensi dikembangkan sebagai minuman kesehatan berkadar antioksidan tinggi.Kata kunci : Antioksidan, belimbing manis, serbuk minuman instan   DETERMINATION OF FLAVONOID CONTENT AND ANTIOXIDANT ACTIVITY FORMULA INSTANT DRINK POWDER IN SWEET SPINAL EXTRACT (Averrhoa carambola L.) ABSTRACTSweet star (Averrhoa carambola L.) is a tropical fruit which contains high level ofantioxidant compounds. Besides consumed directly, this fruit usually is processed to preserve and extend the storage period. This study was aimed to formulate the instant powder drink from the extract of sweet star fruit and to determine its flavonoid content and antioxidant activity. The instant powder drink was formulated     with the addition citric acid at three different concentration of citric acid that are formula 1 (citric acid0,5%), formula 2 (0,75%) and formula 3 (1%). The result of hedonic test shows thatformula 2  obtained  most  preferred  colour, taste and  flavour  based  on  hedonic test according to determine flavonoid content, vitamin C and antioxidant capacity. Determination of biochemical content  show that the instant  powder contains 4,5 % flavonoid, 0,12% of vitamin C and 136,875 mg ascorbic acid equivalent antioxidant capacity (AEAC/g). It can be concluded that the formula 2 instant powder drink formulated from extract sweet star fruit has a potent to be developed as high vitamin C anti-oxidant instant healthy drink.Keywords : Antioxidant, sweet starfruit, instan drink powder
MODE IKATAN METABOLIT SEKUNDER DI TANAMAN AKAR KUNING (Arcangelisia flava L.) DENGAN NITRAT OKSIDA SINTASE Kolina, Jennifer; Sumiwi, Sri Adi; Levita, Jutti
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAKInflamasi dapat menginduksi NOS (nitrat oksida sintase), yaitu enzim pengkatalisispembentukan NO (nitrat oksida) berlebih sebagai pro-inflamasi. Akar kuning (Arcangelisia flava. L) banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Asia Tenggara, baik sebagai obat luar maupun obat dalam. Senyawa kimia yang terkandung di dalam A. flava antara lain saponin, flavonoid dan tanin.   Akar tanaman ini juga mengandung glikosida dan alkaloid, terutama golongan isokuinolin, yaitu berberin, jatrorizin dan palmatin. Terdapat juga beberapa alkaloid minor seperti kolumbamin, dehidrokoridalmin, homoaromolin dan talifendin, serta diterpen fibraleusin. Fibraurin berpontensi sebagai anti-bakteri, anti-tumor, dan anti-inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah mode ikatan senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam A. flava terhadap enzim NOS dengan metode penambatan molekuler menggunakan perangkat lunak AutoDock. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berberin, daidzein, dehidrokorildamin, epikatekhin, hidroksiekdison, jatrorizin, kaempferol, piknarin, kuersetin,  dan  talifendin  dapat  berinteraksi dengan  enzim NOS  pada  kantung  aktif melalui pembentukan ikatan hidrogen dengan residu asam amino  Glu377. Senyawa lainnya berinteraksi dengan residu asam amino tidak spesifik. Tidak ditemukan interaksi dengan Tyr347 pada semua senyawa. Hanya satu senyawa yang tidak membentuk interaksi dengan enzim NOS yaitu fibraurin.Kata kunci: antiinflamasi, AINS, alkaloid, iNOS, metabolit sekunder,   MODE OF BONDING COMPUNDS IN YELLOW ROOTS (Arcangelisia flava L.) WITH NOS ENZUMES F0R ANTIINFLAMMATORY ABSTRACTInflammation can induce NOS (nitric oxide synthase), the enzyme catalyzing the formation of NO (nitric oxide) excess as pro-inflammatory. The yellow root (Arcangelisia flava. L) is widely used as a traditional medicine by the people of Southeast Asia as medicine for external and internal use. Chemical compounds contained in A. flava include saponins, flavonoids and tannins. The root of this plant also contains glycosides and alkaloids, especially groups of isokuinolin, i.e berberine, jatrorizin and palmatin. There are also some minor alkaloids such as kolumbamin, dehidrokoridalmin, homoaromolin and talifendin, as well as fibraleucin. Fibraurin has the potential to be anti-bacterial, anti- tumor, and anti-inflammatory. The purpose of this study was to examine the bonding mode  of chemical  compounds  contained  in  A.  flava  towards  NOS  enzymes  using molecular docking method with AutoDock software. The results showed that berberine, daidzein, dehydrocorilineamine, epicatechin, hydroxyecdison, jatrorizine, kaempferol, piknarin, quercetin, and talifendin interact  with NOS enzymes in the active site by forming hydrogen bonds with Glu377 amino acid residues. Other compounds interact   with non-specific amino acid residues. No interactions with Tyr347 were found in all compounds. Only one compound that does not form an interaction with the NOS enzyme is fibraurin.Keywords : antiinflamation, AINS, alkaloid, iNOS, metabolite
AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK AIR HERBA PEGAGAN DAUN KECIL (Centella asiatica L. Urb.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN Sprague Dawley L. YANG DIINDUKSI DENGAN PARASETAMOL Wiendarlina, Ike Yulia; Rahminiwati, Min; Gumelar, Fajar Triansyah
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

Hepatoprotektor merupakan senyawa yang dapat mencegah dan memperbaiki selhati yang rusak akibat metabolism senyawa toksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas hepatoprotektor dan dosis efektif dari ekstrak air herba pegagan daun kecil (Centella asiatica L. Urb) terhadap tikus putih jantan Sprague Dawley yang diinduksi dengan parasetamol. Tikus putih jantan galur Sprague Dawley L. yang digunakan berumur 3-4 bulan dengan bobot 180 g – 220 g. Tikus diinduksi parasetamol dengan dosis 180 mg/200 g BB untuk menaikan kadar SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase). Selanjutnya tikus diberi perlakuan ekstrak herba pegagan dan diukur penurunan kadar SGPT selama 14 hari.  Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas hepatoprotektor pada ekstrak air herba pegagan dengan persentase penurunan kadar SGPT pada dosis 50 mg/200 g BB, dosis 25 mg/200 g BB, dosis 12,5 mg/200 g BB dan dosis 6,25 mg/200 g BB masing-masing sebesar 77,81%, 38,46%, 79,95% dan 55,20%. Berdasarkan penurunan kadar SGPT dan hasil histopatologi jaringan hati, ekstrak pegagan dosis 12,25 mg/200 g BB merupakan dosis paling efektif untuk menurunkan kadar SGPT pada tikus uji.Kata  kunci:  Herba  pegagan  daun  kecil,  hepatoprotektor,  Serum  Glutamat  PiruvatTransaminase (SGPT)
UJI KARAKTERISTIK FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre) DARI BOGOR, BANDUNG DAN GARUT DENGAN METODE DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) Wigati, Evi Indah; Pratiwi, Esti; Nissa, Trisni Fatwatun; Utami, Novi Fajar
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAKKopi robusta mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kafein dan fenol. Senyawa fenol pada kopi memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Biji kopi robusta yang ditanam di  daerah  Bandung, Bogor dan Garut, Jawa Barat dikenal memiliki ciri dan citarasa berbeda yang khas dan unik. Perbedaan jumlah kandungan senyawa kimia dari suatu  tumbuhan  disebabkan  oleh  perbedaan  agroekologi (iklim dan  ketinggian tempat). Daerah Pangalengan (Bandung) memiliki ketinggian 817 mdpl, Cariu (Bogor) memiliki ketinggian 680 mdpl dan Cikeris (Garut) memiliki ketinggian 900 mdpl. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan karakteristik fitokimia dan aktivitas antioksidan pada biji kopi robusta roasting yang ditanam di ketiga daerah tersebut. Karakteristik fitokimia dilakukan secara kualitatif dan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH  (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).  Hasil uji      karakteristik  fitokimia  menunjukkan bahwa  ekstrak  biji  kopi robusta  Bandung,  Bogor  dan  Garut  mengandung  senyawa alkaloid, flavanoid, saponin dan tanin. Ekstrak kopi robusta Bandung, Bogor dan Garut menunjukkan aktifitas antioksidan yang berbeda nyata berdasarkan hasil uji statistik analisis variansi dengan nilai IC50 masing-masing dicapai pada konsentrasi  55,13 ppm,56,48 ppm, dan 54,14 ppm. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kopi robusta dari Garutmemiliki kadar antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan aktifitas antioksidan dari kopi robusta Bandung dan Bogor.Kata kunci: Kopi robusta, aktifitas antioksidan, metode DPPH   THE PHYTOCHEMICAL CHARACTERISTIC AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF ROBUSTA COFFEE BEAN (Coffea canephora Pierre) FROM BANDUNG, BOGOR AND GARUT BY DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) METHOD ABSTRACTRobusta  coffee  contains  alkaloids,  flavonoids,  saponins,  tannins,  caffeine  andphenols. Phenol compounds in coffee have activity as an antioxidant. Robusta coffee beans grown in the area of Bandung, Bogor and Garut, West Java is known to have a unique characteristics and distinctive flavors. The difference in chemical characteristics of plant compounds  is caused by the agroecological differences (climate and altitude). Pangalengan area (Bandung) has a height of 817 AMSL, Cariu (Bogor) has a height of680 AMSL mdpl and Cikeris (Garut) has a height of 900 AMSL mdpl. The purpose ofthis study was to determine the phytochemical characteristics and antioxidant activity of robusta roasting coffee beans grown in these three areas. Phytochemical characteristics were performed qualitatively and antioxidant activity was performed by DPPH method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The results of phytochemical characteristics test showed that the extract of robusta coffee bean from Bandung, Bogor and Garut contain alkaloid, flavanoid, saponin and tannin. The extract of robusta coffee from Bandung, Bogor and Garut showed significantly different antioxidant activity based on results of variance analysis statistical test with IC50 value of each achieved at concentrations of 55.13 ppm,56.48 ppm, and 54.14 ppm. It can be concluded that robusta coffee extract from Garut has the highest antioxidant level compared with antioxidant activity of robusta coffee from Bandung and Bogor.Keywords : Coffea canephora, antioxidant activity, DPPH method
RED GINGER (Zingiber officinale var. rubrum): ITS CHEMICAL CONSTITUENTS, PHARMACOLOGICAL ACTIVITIES AND SAFETY Sitepu, Rini Daud; Diantini, Ajeng; Levita, Jutti
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRACTGinger (Zingiber officinale) which belongs to the Zingiberaceae family, was firstcultivated in Asia (Indonesia and Malaysia). This plant is one of the most commonly used herbal supplements taken by many patients to treat various conditions. Z.officinale has three varieties based on its size, colors of rhizome and chemical constituents i.e. .Z. officinale var. officinale (big white ginger or giant ginger, badak or gajah), Z. officinale var. amarum (small white ginger, emprit), and Z. officinale var. rubrum (small red ginger, merah or beureum). These three varieties may partly be deferred from their essential oil contents and are used for different purposes. The essential oils contained in Z. officinale var. rubrum are higher than the other types of ginger, which makes stronger in its pungency smell and taste. There are many studies that confirm beneficial effects of red ginger against the symptoms of diseases, i.e. anti-inflammation, antioxidant, antiemetic, antibacterial and antidiabetics. Z.officinale var. rubrum is considered to be a safe herbal medicine with only few and insignificant adverse/side effects. Although the medicinal properties of red ginger have been known,  further trials in humans are required to determine the efficacy of red ginger (or one or more of its constituents) and to establish what, if any, adverse effects are observed.Key words: Zingiber officinale, ginger, herbal supplement ABSTRAKTanaman jahe (Zingiber officinale) termasuk kedalam famili Zingeberaceae, pertama kali dikultivasi di Asia (Indonesia dan Malaysia). Tanaman ini umumnya digunakan sebagai suplemen herbal oleh masyarakat untuk meredakan berbagai keluhan penyakit. Z officinale terdiri dari 3 varietas berdasarkan ukuran rimpang, warna rimpang dan kandungan bahan kimianya yaitu Z officinale var. officinale (jahe putih besar, jahe badak, atau jahe gajah), Z. officinale var. amarum (jahe putih kecil atau jahe emprit), dan Z. officinale var. rubrum (jahe merah kecil, atau jahe beureum). Ketiga varietas ini sebagian berbeda dalam kandungan minyak esensialnya dan digunakan untuk keperluan yang berbeda. Minyak esensial yang terkandung dalam Z. officinale var. rubrum lebih tinggi dari jahe tipe lainnya sehingga jahe ini memiliki bau dan rasa yang lebih pedas. Berbagai studi telah membuktikan bahwa jahe merah memiliki aktifitas positif terhadap berbagai gejala penyakit seperti antiinflamasi, antioksidan, antiemetik, antibacterial, dan antidabetik. Z.officinale var. rubrum diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal yang aman tanpa efek samping, atau efek samping minimal. Walaupun  manfaat medis jahe merah telah diketahui secara saintifik, namun diperlukan uji klinis lebih lanjut untuk mengetahui tingkat kemanjuran serta kandungan senyawa secara lebih spesifik, serta mempelajari efek-efek samping yang mungkin terjadi.Kata kunci: Zingiber officinale, jahe, suplemen herbal
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI BIJI KOPI ROBUSTA (Coffea canephora P.) BERDASARKAN PERBEDAAN EKOLOGI DATARAN TINGGI DI PULAU JAWA Utami, Novi Fajar; Nhestricia, Nhadira; Maryanti, Sri
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

Biji  kopi  robusta  mengandung  senyawa  polifenol  yang  bermanfaat  sebagaiantioksidan. Antioksidan dapat menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengancara mencegah terbentuknya radikal bebas. Perbedaan agroekologi (iklim dan ketinggian tempat tumbuh) dari suatu tumbuhan dapat menyebabkan perbedaan jumlah kandungan senyawa kimia. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak biji kopi robusta yang tumbuh di berbagai daerah di Pulau Jawa meliputi Provinsi Jawa Barat (Bogor, Kuningan, Sumedang), Provinsi Jawa Tengah (Temanggung, Boyolali, Wonosobo), dan Provinsi Jawa Timur (Jombang, Malang, dan Kediri). Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan potensi aktivitas antioksidan tertinggi dari biji kopi robusta yang dipengaruhi oleh perbedaan ekologi dataran tinggi dari sembilan daerah di Pulau Jawa dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dan digunakan vitamin C sebagai kontrol positif. Aktivitas antioksidan biji kopi robusta Provinsi Jawa Barat (Bogor, Kuningan, Sumedang memiliki IC50 sebesar 62,04 ppm, 59,94 ppm 52,24 ppm), Provinsi Jawa Tengah (Temanggung, Boyolali, Wonosobo memiliki IC50  sebesar 50,18 ppm, 9,88 ppm 42,63 ppm), dan Provinsi Jawa Timur (Jombang, Malang, dan Kediri memiliki IC50  sebesar 76,59 ppm, 37,47 ppm 42,77 ppm). Aktivitas antioksidan ekstrak kopi robusta Wonosobo  paling kuat  dibandingkan kopi robusta dari sembilan daerah lainnya di Pulau Jawa.Kata kunci : Coffea canephora, Pulau Jawa, Ekologi, antioksidan ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST FROM ROBUSTA COFFEE SEEDS (Coffea canephora P.) BASED ON HIGH FLAT ECOLOGY DIFFERENCESIN JAVA ISLAND ABTRACTRobusta coffee beans contain polyphenol compounds which are useful as antioxidants.Antioxidants can inactivate the development of oxidation reactions, by preventing the formation of free radicals. Agroecological differences (climate and altitude of growing) of a plant can cause differences in the amount of chemical compounds. In this study, the antioxidant activity of robusta coffee bean extract which grows in various regions of Java includes the West Java Province (Bogor, Kuningan, Sumedang), Central Java Province (Temanggung, Boyolali, Wonosobo), and East Java Province (Jombang, Malang). , and Kediri). The purpose of this study was to obtain the highest potential antioxidant activity from robusta coffee beans which were influenced by highland ecological differences from nine regions in Java Island using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) method and used vitamin C as a positive control. Antioxidant activity of Robusta coffee beans of West Java Province (Bogor, Kuningan, Sumedang has IC50 of 62.04 ppm; 59.94 ppm and 52.24 ppm), Central Java Province (Temanggung, Boyolali, Wonosobo has IC50 of 50.18 ppm;9.88 ppm and 42.63 ppm), and East Java Province (Jombang, Malang, and Kediri have IC50 of 76.59 ppm; 37.47 ppm and 42.77 ppm). The antioxidant activity of Wonosobo Robusta coffee extract is the strongest compared to Robusta coffee from nine other regions in Java.Key word : Coffea canephora, Java Island, Ecologi, antioxcidant

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 1 (2023): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 12, No 2 (2022): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 12, No 1 (2022): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 11, No 2 (2021): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 11, No 1 (2021): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 10, No 2 (2020): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 10, No 1 (2020): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9, No 2 (2019): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9, No 1 (2019): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9, No 1 (2019): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Volume 8 No. 2 Tahun 2018 Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Volume 8.2 2018 Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018 Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2018): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 7, No 2 (2017): Vol.7, No.2, Desember 2017 Vol 7, No 1 (2017): Vol 7 No 1 Juni 2017 Vol 7, No 2 (2017): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 7, No 1 (2017): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6, No 2 (2016): Vol.6, No.2, Desember 2016 Vol 6, No 1 (2016): Vol.6, No.1, Juni 2016 Vol 6, No 2 (2016): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6, No 1 (2016): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5, No 2 (2015): Vol 5 No 2 Desember 2015 Vol 5, No 2 (2015): FITOFARMAKA Vol 5, No 1 (2015): FITOFARMAKA Vol 5, No 1 (2015): FITOFARMAKA Vol 4, No 2 (2014): FITOFARMAKA Vol 4, No 2 (2014): FITOFARMAKA Vol 4, No 1 (2014): FITOFARMAKA Vol 4, No 1 (2014): FITOFARMAKA Vol 3, No 2 (2013): FITOFARMAKA Vol 3, No 2 (2013): FITOFARMAKA Vol 3, No 1 (2013): FITOFARMAKA Vol 3, No 1 (2013): FITOFARMAKA Vol 2, No 2 (2012): FITOFARMAKA Vol 2, No 2 (2012): FITOFARMAKA Vol 2, No 1 (2012): FITOFARMAKA Vol 2, No 1 (2012): FITOFARMAKA Vol 1, No 2 (2011): FITOFARMAKA Vol 1, No 2 (2011): FITOFARMAKA More Issue